Kisah Pengutil di Liga Eropa

Written By Unknown on Minggu, 27 Januari 2013 | 09.55

Minggu, 27 Januari 2013 | 06:34 WIB

TEMPO.CO, Manchester - Robin van Persie berdiri kikuk di pusat latihan Manchester United di Carrington, Manchester, Inggris, Rabu pagi lalu. Ia sudah tak sabar untuk berlatih. Tapi, entah kenapa, sesi latihan pagi itu belum juga dimulai.

Ia melirik Wayne Rooney, rekannya di lini depan, tapi pemain 27 tahun itu pun hanya mengangkat bahu. Beberapa menit kemudian, barulah datang kabar: bola-bola untuk latihan telah digondol maling!

Van Persie cuma geleng-geleng kepala. Carrington berada di lahan seluas 108 hektare. Pagar besi sepanjang 2,5 kilometer mengelilingi pusat latihan para pemain United ini. Selain itu, pohon-pohon tumbuh rapat di sekeliling pagar. Jadi, jangankan maling, fotografer pun bakal kesulitan jika nekat menyusup masuk. Tapi nyatanya, mereka tetap saja kebobolan.

United mengaku rugi sekitar 3.500 euro atau setara dengan Rp 45 juta. Cukup besar. Maklum, bola-bola yang dicuri itu bukan bola sembarangan, melainkan Nike Maxim. Harga tiap bola yang dipakai secara resmi di Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, dan Seri A Liga Italia ini sekitar US$ 150 atau Rp 1,4 juta. United pun langsung menggelar investigasi internal.

Namun, belum tuntas investigasi dilakukan, datang kabar baru. Bola-bola itu telah dijual di beberapa tempat sebagai memorabilia. Pencurinya sendiri belum teridentifikasi. Namun United belum berniat melaporkan kasus ini ke polisi.

Kasus pencurian di pusat latihan bukan kali ini terjadi. United pun bukan satu-satunya korban. Awal September tahun lalu, misalnya, pusat pelatihan Chelsea di Cobham, Surrey, 32 kilometer sebelah barat daya London, juga dibobol maling. Enam dompet, sembilan telepon seluler, serta beberapa jam tangan milik pemain dan staf raib.  

"Pencurian ada kemungkinan terjadi di kamar ganti akademi," kata juru bicara klub. "Dari rekaman CCTV, kami tahu ada seorang penyusup. Dia juga sempat mengincar tempat lain. Tapi kami memastikan pelakunya bukan dari pihak kami, dan kasus ini telah kami serahkan ke polisi."

Pencuri ternyata juga berkeliaran di Jerman. Kali ini korbannya adalah tiga pemain Real Madrid: Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Mesut Oezil. Ketiganya kehilangan sepatu di Allianz Arena, beberapa saat sebelum El Real—julukan Madrid—menantang Bayern Muenchen pada semifinal pertama Liga Champions, April 2012.   

Ronaldo tentu saja kelimpungan karena peristiwa itu terjadi hanya beberapa menit sebelum pertandingan dimulai. Si maling pun tak tanggung-tanggung, ia menggondol tiga pasang sepatu Ronaldo. Selain itu, ia sempat mengambil kostum milik kiper Iker Casillas. "Ini sungguh memalukan," ujar Jose Mourinho, pelatih Real Madrid. "Kejadian ini tak mungkin terjadi di Bernabeu (markas Real Madrid)."

Dalam pertandingan tersebut, Madrid takluk 1-2. Ronaldo, yang menjadi bomber Madrid, gagal mencetak gol. Mungkin karena ia sibuk memikirkan tiga pasang sepatunya yang mendadak raib. Pihak Muenchen sendiri, saat itu, enggan berkomentar meski Madrid secara resmi mengadukan kasus ini ke Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA).

Seorang penyiar radio senior di Muenchen, Stephan Lehmann, merasa prihatin atas kasus ini. Ia berinisiatif mengirimkan Bavarian Brogues, sepatu tradisional suku Bavarian, kepada Ronaldo. "Orang-orang yang tinggal di Bavaria adalah orang-orang yang ramah," demikian ditulis Lehmann dalam surat yang dikirimnya ke Ronaldo. "Mungkin saja kami mencuri, tapi kami tidak mengambil sepatu."  

"Karena itu, saya ingin mengganti sepatu Anda yang telah hilang. Ini adalah sepasang Bavarian Brogues asli untuk Anda," Lehmann berkata dalam suratnya. "Tentu saja sepatu ini tidak akan membantu Anda mencetak gol, tapi bisa membantu Anda terlihat lebih manis jika menggunakannya." Lehmann juga mengirim Bavarian Brogues kepada Benzema dan Oezil sebagai pengganti sepatu mereka yang hilang.

Selain Inggris dan Jerman, pencurian di tempat latihan terjadi di Italia. Lima pasang sepatu digondol maling saat para pemain Inter Milan sedang berlatih di Appiano Gentile, pusat latihan Inter Milan, pada September 2009. Di antara lima pasang sepatu itu, salah satunya milik Marco Materazzi.

Sialnya, sepatu tersebut bukan sepatu biasa, melainkan sepatu yang digunakan Materazzi saat membawa tim nasional Italia menjadi juara dunia 2006. Sepatu itu pulalah yang membuat bek jangkung tersebut sukses menjebol gawang Prancis untuk menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Tak mengherankan jika sepatu itu sangat ia 'eman-eman'. Untungnya, sepekan kemudian, polisi Italia berhasil membekuk si pencuri. Sepatu berukuran 14 itu pun kembali ke tuannya.

GUARDIAN | MARCA | FOOTBALL ITALIA | DWI RIYANTO AGUSTIAR


Anda sedang membaca artikel tentang

Kisah Pengutil di Liga Eropa

Dengan url

http://yukolahragasehat.blogspot.com/2013/01/kisah-pengutil-di-liga-eropa.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Kisah Pengutil di Liga Eropa

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Kisah Pengutil di Liga Eropa

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger