Daud Yordan Ingin Ikuti Jejak Manny Pacquiao?

Written By Unknown on Selasa, 09 Juli 2013 | 09.55

TEMPO.CO, Jakarta - "Ini luka jahit pertama saya," kata Daud Yordan, menunjuk pelipis kanannya. Di sana berjejer lima jahitan sepanjang sekitar 2 sentimeter, "oleh-oleh" kemenangannya atas petinju Argentina, Daniel Eduardo Brizuela, pada Sabtu pekan lalu. Bertanding di Metro City di Kota Perth, Australia, Daud menang angka mutlak 117-111, 115-113, dan 116-112.

Kemenangan tersebut terhitung mengejutkan lantaran itu adalah pertandingan pertamanya setelah naik ke kelas ringan (61,2 kilogram). Sebelumnya, pria asal Kalimantan Barat itu berlaga di kelas bulu (57,1 kilogram). Semakin luar biasa, karena ia langsung menjadi juara dunia dalam pertandingan pertama setelah naik kelas. Ia menebus kegagalannya setelah kehilangan gelar juara kelas bulu versi Organisasi Tinju Internasional (IBO) pada April lalu.

Tapi Daud tidak ingin terjebak dalam euforia berlebih. Bagi dia, masih banyak hal yang harus dipelajari di "lingkungan" baru, seperti kemungkinan risiko cedera yang makin berat. Naik kelas bertinju, naik pula kemungkinan parahnya cedera yang akan dialami. Bukti pun telah langsung ia dapatkan.

"Biasanya, di kelas bulu cuma (cedera) lebam. Jadi, saya tidak tahu kapan luka jahitan ini bisa hilang," ujarnya sambil tertawa. "Sampai sekarang saja badan masih terasa pegal-pegal."

Di tengah masa penyembuhan setelah menjalani pertandingan, Tempo menemui Daud kemarin sore di Hotel Manhattan di kawasan Jakarta Selatan, tempat ia dan kakaknya, Damianus Yordan, menginap selama di Jakarta. Bersama pria yang juga merangkap pelatihnya itu, mereka baru tiba di Tanah Air pada pagi harinya.

Setelah beristirahat sejenak, sebelum menerima Tempo untuk wawancara, mereka relaksasi ke pusat belanja tidak jauh dari hotel. Tujuannya: membeli oleh-oleh untuk keluarga di Kalimantan. "Lihat ini. Habis bertinju, saya malah beli barang ini. Untuk anak saya," ujar Daud, memperlihatkan dot untuk bayinya yang baru berusia 6 bulan.

Berikut ini petikan wawancara Tempo dengan Daud Yordan.

Bagaimana rasanya kembali menjadi juara dunia?

Senang, tentu, karena setelah sempat kehilangan gelar, akhirnya bisa dapat lagi (sabuk juara dunia). Waktunya pun sangat pendek, hanya jeda tiga bulan. Jarang sekali ada kejadian seperti ini di dunia tinju. Jadi, pencapaian itu adalah kebanggaan besar bagi saya. Akhirnya cita-cita saya kembali terkabul.

Apa kunci kemenangan saat itu, menurut Anda?

Damianus terus memberi instruksi kepada saya: Brizuela adalah petinju yang liar. Kalau mengincar muka, sangat sulit karena ia gampang menghindari. Jadi fokus saja ke tubuh, karena tubuh tidak bergerak seagresif kepala. Itu kunci dan selalu ditekankan Damianus di pertandingan.

Ada hal yang ingin Anda buktikan dengan gelar juara dunia ini karena Anda sebelumnya sempat kehilangan sabuk juara dunia?

Beberapa orang berpikir bahwa karier saya telah habis setelah kalah oleh Simpiwe Vetyeka pada April lalu. Tapi saya bersyukur bisa menepis pendapat itu dalam waktu yang sangat singkat: cuma tiga bulan. Saya belum habis dan bisa juara di kelas yang jauh lebih berat. Itu yang ingin saya buktikan.

Sebenarnya sejak kapan Anda memutuskan ingin naik kelas?

Pertimbangannya sudah jauh sejak sebelum melawan Simpiwe Vetyeka, terlepas apa pun hasilnya saat itu. Akhirnya saya kalah, dan itu membuat pertimbangan naik kelas semakin kuat. Semasa di kelas bulu, saya harus menurunkan berat badan cukup drastis, bisa sekitar 10 kilogram. Setelah naik kelas, hanya menurunkan sekitar 4 kilogram (berat Daud sehari-hari adalah sekitar 66 kilogram). Saya merasa sudah ideal.

Apa rencana Anda ke depan, setelah kembali meraih sabuk juara dunia?

Belum tahu. Saya baru sampai dan ingin istirahat dulu. Belum ada juga pembicaraan ke arah sana. Seminggu ini, saya ingin istirahat dulu dan memulihkan cedera. Saya belum tahu kapan luka jahit ini akan sembuh, karena ini luka jahit pertama saya. Tapi, untuk jangka panjang, tidak tertutup kemungkinan saya kembali naik kelas. Belum tahu kapan, tapi saya hanya ingin menyesuaikan dengan berat badan seiring usia.

Anda berlatih di Australia menjelang pertandingan melawan Brizuela. Apa perbedaan yang Anda dapatkan dibanding berlatih di Kalimantan?

Sebenarnya itu hanya pemantapan dan adaptasi iklim. Australia sekarang kan sedang musim dingin. Selain itu, di Australia punya fasilitas bagus, jauh di atas yang kami punya. Banyak juga lawan latih tanding yang bagus. Tentu hal-hal itu meningkatkan kualitas. Tapi, di luar itu, seperti masalah teknis: sama saja. Di Kalimantan soal teknis juga sudah mantap.

Craig Christian (pelatih Chris John) juga membantu Anda menjelang pertandingan kemarin. Apa pengaruhnya menurut Anda?

Sebenarnya Craig tidak mengambil keputusan penuh. Ia tidak sendiri, karena dibantu oleh Damianus. Mereka saling berbagi.

Seusai kekalahan dari Simpiwe, Damianus sempat mundur. Anda juga sempat ditawarkan mencari pelatih baru. Kenapa akhirnya tidak terealisasi?

Saya menilai keputusan mundur Damianus saat itu sangat manusiawi. Banyak tekanan yang datang kepadanya. Tapi, pada dasarnya, saat itu saya dan tim Dragonfire (manajemen yang menaungi Daud) memang tidak ingin ia mundur. Bagi saya, Damianus lebih dari sekadar pelatih. Saya membangun karier tinju bersama-sama dengan dirinya, dari awal sampai sekarang menjadi juara dunia. Ikatan emosional kami sangat kuat, jadi sangat merugikan jika dipisahkan. Ia tidak hanya melatih saya, tapi juga membimbing, karena ia abang saya.

Tapi, pada dasarnya Anda siap jika akhirnya nanti dilatih oleh pelatih baru, selain Damianus?

Sekarang pertanyaannya dibalik. Siapa yang melatih saya, sampai akhirnya menjadi juara dunia seperti sekarang? Adalah Damianus: abang saya. Yang menjadi permasalahan adalah, masyarakat awam menilai bahwa kemenangan berkali-kali hal biasa. Namun sekali kekalahan menjadi hal yang disorot, dan harus mengganti pelatih. Masyarakat tidak harus ikut anggapan itu. Lihat saja Manny Pacquaio. Meski dilatih Freddie Roach, akhir-akhir ini tetap saja ia sering kalah. Di satu sisi, kita juga harus melihat bahwa kombinasi Damianus dan saya adalah produk Indonesia. Kita harus bangga dengan itu.

Kekalahan Anda dari Simpiwe dinilai mengejutkan. Sejauh mana hal itu berefek buruk terhadap psikis Anda?

Saya adalah orang yang paling tahu olahraga ini. Di tinju, kemungkinan menang dan kalah sama-sama 100 persen. Jadi, kalau ada yang menilai saya kemarin bisa menang mudah, itu salah. Tidak ada garansi seperti itu di tinju, karena bertinju tidak hanya pakai otot, tapi juga otak, dan juga watak.

Bisa diceritakan bagaimana dukungan keluarga Anda seusai kekalahan itu?

Keluarga bilang: lupakan saja. Kekalahan biasa di olahraga. Menang terus, di satu sisi juga merugikan saya. Bisa-bisa saya jumawa. (Damianus menyela: kuara dunia kan tidak berarti tidak bisa kalah).

Anda sudah jadi juara dunia di dua kelas berbeda. Tertarik mengikuti jejak Pacquiao, yang jadi juara di banyak kelas?

Saya alamiah, apa adanya. Saya tidak obsesi menjadi legenda. Dihargai syukur, tidak juga tidak masalah. Saya tipikal orang yang mengalir seperti air. Jika akhirnya itu (juara di banyak kelas seperti Pacquaio) berhasil nanti, saya bersyukur saja.

Pertanyaan terakhir. Jika sudah tidak aktif menjadi petinju, apa rencana Anda?

Belum kepikiran. Membuka usaha hasil modal bertinju saat ini, bisa saja. Masuk ke politik? Bisa saja, sambil berjalan.

ARIE FIRDAUS

Daud Yordan                            
Julukan        : Cino
Lahir            : Sukadana, 10 Juni 1987
Kelas            : Ringan
Tinggi           : 170 sentimeter
Jangkauan    : 173 sentimeter
Kuda-kuda    : Ortodoks/kanan
Rekor           : 31 menang (23 KO), 3 kalah (1 KO)


Anda sedang membaca artikel tentang

Daud Yordan Ingin Ikuti Jejak Manny Pacquiao?

Dengan url

http://yukolahragasehat.blogspot.com/2013/07/daud-yordan-ingin-ikuti-jejak-manny.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Daud Yordan Ingin Ikuti Jejak Manny Pacquiao?

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Daud Yordan Ingin Ikuti Jejak Manny Pacquiao?

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger