Warna Agama di Lapangan Hijau

Written By Unknown on Minggu, 21 Juli 2013 | 09.55

TEMPO.CO, Jakarta--Kesepakatan itu belum jua dicapai sampai tiba hari perdana latihan menyambut musim baru, pekan lalu. Di lapangan latihan Newcastle United, Darsley Park, Papiss Cisse berlatih dengan seragam berbeda. Rekan-rekannya yang lain mengenakan seragam dengan logo Wonga, tapi kostum penyerang asal Senegal itu tak berlogo.

"Cisse sangat teguh," kata Rizwan Rehman, mantan pemain Brentford keturunan Pakistan, memuji. "Kini kian banyak pemain muslim yang berani menyuarakan ajaran mereka. Bila seorang muslim mengenakan kostum itu (berlogo Wonga) di dada mereka dan disaksikan seluruh dunia, saya tak yakin itu menjadi sponsor yang bagus." (Lihat Foto: Sponsor Haram, Pesepakbola Muslim Ancam Keluar Klub)

Inilah "warna" Islam terbaru di persepakbolaan Inggris. Kasus ini bermula dari kesepakatan kontrak sponsorship antara Newcastle United dan Wonga, yang diteken akhir tahun lalu. Ikatan selama empat tahun itu bakal memberi Newcastle suntikan dana sebesar 8 juta pound sterling (sekitar Rp 124 miliar) per tahun.

Masalah muncul saat Cisse mengumumkan ke publik bahwa dirinya tak akan mengenakan seragam dengan logo Wonga di dalamnya. "Mereka tak sesuai dengan agama saya, Islam," kata pemain berusia 28 tahun itu. Sebagai catatan, Wonga adalah perusahaan peminjaman uang dengan bunga harian yang mencekik leher. Cisse memasukkan aktivitas Wonga dalam kategori riba.

Semula, beberapa rekan Cisse yang beragama Islam menyuarakan hal yang sama. Namun pada akhirnya mereka tak mempersoalkan Wonga menjadi sponsor baru Newcastle. Dalam latihan Jumat lalu itu, pemain-pemain muslim mengenakan kostum latihan berlogo Wonga. Itu termasuk Cheick Tiote dan Hatem Ben Arfa.

Santer terdengar kabar bahwa Cisse bakal dijual bila tetap pada pendiriannya. Namun perkembangan terakhir menyebutkan bahwa pihak Wonga mengajukan dua alternatif kepada Cisse: mengenakan seragam dengan ruang iklan yang hasilnya disumbangkan untuk amal atau mengenakan seragam tanpa logo sponsor. Sepertinya kualitas Cisse—yang musim lalu mencetak 13 gol di segala kompetisi—membuat Newcastle berpikir ulang untuk mendepaknya.

Menurut Rizwan, fenomena keislaman ini menguat akhir-akhir ini di kalangan pemain. "Ketika saya bermain untuk Brenford, saya tak menunjukkan jati diri saya sebagai muslim," tutur pria berusia 30 tahun itu. "Saat itu terdapat banyak xenophobia setelah tragedi menara WTC dan pengeboman di London."

Rizwan dan saudaranya, Zesh Rehman, adalah dua bersaudara keturunan Pakistan yang lahir di Inggris. Mereka muslim. Keduanya mengawali karier sepak bola di klub Inggris. Mereka bahkan sempat memperkuat tim nasional junior Inggris, meski akhirnya memilih memperkuat Pakistan pada tingkat senior. Zesh saat ini bermain di Liga Thailand. Sedangkan Rizwan pensiun dini karena cedera.

Menurut Rizwan, suporter sepak bola Inggris kini tak lagi memandang aneh pemain muslim di lapangan hijau. Dan pihak klub juga mengakomodasi kebiasaan-kebiasaan unik para pemain muslim.

"Saat saya masih bermain, tak ada pembedaan makanan halal atau tidak. Saya bahkan tak pernah bercerita bila saya berpuasa," kata Riswan. "Sekarang kondisinya berbeda. Cisse tak ragu mengungkapkan keteguhannya pada ajaran Islam. Demba Ba, striker Chelsea, juga terang-terangan menyatakan selalu berpuasa saat Ramadan, meski harus membela klubnya."

"Dialog" kebudayaan itu terjadi seiring dengan kian banyaknya pemain beragama Islam di Liga Inggris. Kala pertama kali Liga Primer bergulir, pada 1992, tercatat hanya satu pemain beragama Islam. Namanya Nayim, pemain asal Spanyol yang memperkuat Tottenham Hotspur. Kini, tak kurang dari 40 pemain beragama Islam. Itu termasuk nama-nama tenar, seperti Yaya dan Kolo Toure, Edin Dzeko, Marouane Fellaini, juga Samir Nasri.

Walhasil, kini penonton tak merasa aneh bila melihat seorang pemain bersujud di lapangan untuk merayakan gol. Mereka juga tidak merasa risi melihat seorang pemain berdoa dengan menengadahkan kedua tangan ke langit sebelum kick off.

Penyelenggara Liga Primer juga membuat satu perubahan besar gara-gara tradisi Islam. Penghargaan untuk seorang pemain penyandang man of the match dulu berupa sebotol sampanye. Kini penghargaan itu berupa plakat dan segelas jus berbau mawar. Ini gara-gara pemain asal Pantai Gading, Kolo Toure. Gelandang Manchester City itu menolak menerima sampanye meski dia menjadi man of the match saat timnya berhadapan dengan Newcastle United, musim lalu.

Apakah kasus Cisse-Wonga bakal menghasilkan satu perubahan lagi? Yang jelas, Asosiasi Pemain Profesional (PFA) mendukung sikap Cisse. "Bila seseorang merasa ada sesuatu yang tak sesuai dengan keyakinannya, harus ditemukan solusinya," kata Bobby Barnes, Deputy Chief PFA. Dan kostum Cisse pun tetap belum berlogo.

BERBAGAI SUMBER | ANDY MARHAENDRA

Terhangat:
Bentrok FPI | Bisnis Yusuf Mansyur | Aksi Liverpool di GBK


Baca juga:

Tim Indonesia XI Siap Hadapi Liverpool
PD 2014 Diprotes, FIFA Turunkan Harga Tiket
Moyes Butuh Gelandang Baru
Hadapi Indonesia, Liverpool Turunkan Skuad Terbaik


Anda sedang membaca artikel tentang

Warna Agama di Lapangan Hijau

Dengan url

http://yukolahragasehat.blogspot.com/2013/07/warna-agama-di-lapangan-hijau.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Warna Agama di Lapangan Hijau

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Warna Agama di Lapangan Hijau

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger