Petinju Remaja Meninggal, Ayahnya Masih Bersyukur  

Written By Unknown on Senin, 28 Januari 2013 | 09.55

Minggu, 27 Januari 2013 | 20:01 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Iwan Falas berusaha tegar. Ia berdiri kokoh. Tak tampak juga air mata di pipinya. Padahal, pria paruh baya itu baru saja melepas kepergian putra kebanggaannya, Tubagus Setia Sakti, untuk selamanya.

Tubagus meninggal lantaran mengalami pendarahan otak setelah kalah secara technical knock out (TKO) dalam pertandingan tinju perebutan gelar juara ad interim kelas terbang yunior 49 kilogram versi Komisi Tinju Profesional Indonesia (KTPI), kemarin, Sabtu, 26 Januari 2013.

Bukan mati atau tidak yang Iwan permasalahkan. "Kematian sudah takdir. Semua orang akan meninggal pada waktunya," kata Iwan saat ditemui di rumah duka Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia, Ahad, 27 Januari 2013. Iwan lebih mempermasalahkan bagaimana seseorang akan meninggal. "Saya tidak mau anak saya meninggal digebukin orang atau dibakar massa karena mencuri," kata pria yang sehari-hari tinggal di Provinsi Lampung ini. Jika itu terjadi, ia akan merasa malu sebagai ayah.

"Kami ini keluarga enggak punya. Daripada anak saya mencuri, lebih baik dia bertinju," kata Iwan. Ia lalu mengenalkan Tubagus pada olahraga tinju. Sekali naik ring, remaja 17 tahun ini bisa mendapat duit Rp 4 juta.

Tubagus bukan petinju yang buruk. Ia memiliki pengalaman bertanding sebanyak 10 kali dengan catatan menang 7 kali dan kalah 3 kali. Dari kemenangan-kemenangan itu, siswa SMA Islam Kalianda, Lampung Selatan, ini pernah menjatuhkan lawannya sebanyak 2 kali. Sebelum meninggal, petinju yang akrab disapa Sakti ini merupakan petinju nomor satu di kelasnya.

Fajar Afriyan, teman satu klub Tubagus di KPJ Bulungan, mengatakan Tubagus merupakan petinju yang memiliki skill bagus. "Powernya keras," kata Fajar. Ia tak menyangka Tubagus bisa dipukul jatuh.

Ahad malam, 27 Januari 2013, menjadi malam terakhir Tubagus. Upper cut dan hook kanan dari lawannya menghujam keras di kepala kiri belakangnya. Padahal, sebelumnya, ia sempat mengangkat tangan tanda menyerah. Ia laluk terhuyung dan kembali mengangkat tangan tanda menyerah. Wasit pun akhirnya menghentikan pertandingan. "Dia masih bisa berjalan ke sudut ring sebelum akhirnya jatuh pingsan. Saat ditandu keluar, dia kejang-kejang," kata Diar Candra, salah seorang yang menonton pertandingan malam itu. Tubagus langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia seusai pertandingan.

Iwan, yang baru tiba di Jakarta pukul 13.00 tadi siang, sempat melihat dokter memberi tindakan kejut jantung untuk menyelamatkan anaknya. Setengah jam kemudian, Tubagus dinyatakan meninggal.

Di tengah kehilangannya, Iwan masih bersyukur. "Saya masih lebih beruntung dibandingkan orang lain. Banyak kan, yang anaknya mati karena berurusan dengan kejahatan," kata dia. Iwan mengaku ikhlas dengan kepergian putra ketiganya itu. Iwan mengenang, Tubagus merupakan anak yang pendiam dan penurut. Segala keputusan dalam hidup anaknya selalu didiskusikan bersama.

Kedekatan ini yang mungkin akhirnya membuat Iwan tak kuasa lama-lama menyembunyikan kepiluannya. Saat jenazah anaknya akan diberangkatkan pulang ke Lampung, kakinya yang kokoh pun menjadi lemas. Ia jatuh ke dalam topangan kerabatnya. Air matanya pun mengucur. Isaknya mulai terdengar.

GADI MAKITAN


Anda sedang membaca artikel tentang

Petinju Remaja Meninggal, Ayahnya Masih Bersyukur  

Dengan url

http://yukolahragasehat.blogspot.com/2013/01/petinju-remaja-meninggal-ayahnya-masih.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Petinju Remaja Meninggal, Ayahnya Masih Bersyukur  

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Petinju Remaja Meninggal, Ayahnya Masih Bersyukur  

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger